Kamis, 12 Maret 2015

Allah MahaCinta

Pepatah mengatakan cinta turun dari mata lalu ke hati

        Nampaknya pepatah tersebut tidak lagi berlaku bagi beberapa orang. Bagi beberapa orang yang lebih yakin pada sebuah komitmen. Yang lebih yakin pada pandangan orang tentang pasangannya. Yang lebih yakin bahwa Allah selalu punya cara tersendiri untuk menyatukan kedua hambanya. Tak perlu mata yang saling bertautan. Tak perlu pandangan yang saling menatap atau bahkan ucapan cinta yang datang sebelum waktunya.

        Ada pula yang saling menemukan dengan cara lain. Lewat temannya, lewat keluarganya, atau lewat perkara-perkara kecil yang tak pernah disangka. Tak perlu bertemu, menatap, dan memandang. Meski sebenarnya Allah membolehkan sesuai batas syara. Semua tentu karena Allah. Namun hal lain adalah karena komitmen yang menancap dalam hati. Komitmen seperti apa? komitmen yang bersandar pada Allah semata.  

      Sejatinya tak ada istilah membeli kucing dalam karung. Justru berbahagialah yang mengikatkan diri dengan jalan yang diridhai Allah. Bahkan, orang tua yang memilihkan atau menyeleksinya. Menguatkan lewat doa istikharah. Ah! Merugilah jika saat ini masih disibukkan dengan cinta palsu berkedok "pacar"

         Besok kita buktikan bahwa ada yang berbahagia tanpa mengikatkan diri pada "ikatan semu"
Ada yang berbahagia meski hanya bersua beberapa kali saja, bicara secukupnya, dan menyapa ala kadarnya. Namun, senyum mereka menampakkan rasa bahagia. 

Sakit itu Tanda Cinta

Tak selamanya sakit itu menyakitkan

Siapa yang tak pernah sakit? Sehat itu nikmat. Sakit pun nikmat. Sakit adalah bagian dari ujian. Ujian adalah tanda bahwa Allah masih memperhatikan, mencoba menaikkan derajat kesabaranmu. Ibarat seperti mahasiswa yang cerdas. Sang dosen terus saja bertanya padanya di dalam kelas sedangkan mahasiswa lain tidak pernah ditanya. Opsi pertama bisa jadi sang dosen tahu bahwa dia mahasiswa cerdas, kedua sang dosen bingung menunjuk yang mana hingga dialah yang terpilih. Satu sisi mahasiswa kesal karena selalu jadi sasaran dosen, sisi yang lain sang dosen jadi kenal betul pada mahasiswa. Bahkan sang dosen tak lagi sungkan jika bertemu karena nama mahasiswa tersebut sering dipanggil. Bayangkan jika kau adalah mahasiswa yang tak pernah ditunjuk dosen, tak pernah ditanya. Rasanya tentu lebih miris. Dosen sama sekali tak mngenal dirimu atau bisa jadi sang dosen tak sadar bahwa kau adalah mahasiswanya.

Ya! Begitu pun Allah. Saat Allah memberikanmu banyak sekali tekanan. Sejatinya, itu adalah tanda bahwa Allah sedang memperhatikan. Lewat ujian Dia menampakkan kuasa-Nya. Bukankah segalanya datang dari Allah? Maka, ujianmu pun datang darinya dan dengan sengaja Allah memberikannya padamu. Pertanyakanlah dirimu jika selama ini hidupmu datar. Tak pernah ada ujian, segalanya dimudahkan. Bersyukurlah dan dekatkan dirimu padaNya

Sakit bisa saja menjauhkanmu dari kebaikan. Malas shalat karena pusing padahal Allah telah meringankannya dengan shalat sambil duduk. Sakit membuatmu melewatkan malam-malam berharga untuk tahajud. Untuk ke kamar mandi saja tergopoh-gopoh apalagi tilawah quran. Dari sini menyadarkanku pada kenikmatan sehat. Ingat lima perkara, salah satunya ingat sehat sebelum sakitmu datang. Setelah sakit, rasanya ingin segera sehat dan melakukan aktifitas seperti sedia kala. Sakit beberapa hari saja membuatku ingin bersimpuh dihadapannya "Ya Allah, sakit ini hanyalah satu bukti betapa manusia tak ada apa-apanya dihadapan-Mu" Jika pun aku harus mati saat sakit ini, semoga husnul khatimah. Karena, sakit itu penggugur dosa jika dihadapi dengan penuh kesabaran. Ya meski fitrahnya rasa sakit harus dihadapi dengan tangisan.

Nasihat dari Aagym: Mau sakit atau sehat. Selama membuatmu menjadi dekat dengan-Nya, tak apa. Percuma sehat tapi sehatnya membuatnya jauh dari Allah. Jika sakit membuatmu lebih dekat dengan-Nya, lebih baik sakit. Bukankah begitu?

Sakit dan Sehat itu sama-sama ujian.