Minggu, 07 April 2013

Senja di Keukenhof


       Wangi musim semi tengah mengalir di  nadiku sedari tadi sejak aku duduk di kursi tua di bawah pohon Ec’lair . Aku dikelilingi oleh ribuan tulip dengan keelokkan mahkotanya. Tak hanya tulip , di sini pun banyak ditanami bunga daffodhi , hyacinth dan anggrek. Beberapa kursi tua lainnya terisi oleh beberapa wanita dengan gadis manisnya. Taman Keukenhof sekitar 30 menit perjalanan dari kota Amsterdam.
Dengan membawa beberapa makanan kecil dan laptop bertuliskan ‘Unpad’ yang sudah kumiliki sejak aku berkuliah di Perguruan Tinggi itu aku duduk manis dan membuka beberapa direktori dalam laptopku . Suasana sepi kota Lisse membawaku pada memoar perjuanganku sampai ke Negeri Belanda . Aku membuka beberapa foto kenangan masa SMA-ku dahulu , keluarga yang telah kutinggalkan 2 tahun yang lalu, perjuanganku bersama teman seperjuangan, dan segala hal tentang Bandung.Bandung I’m in Love .

     
Disana aku melihat foto bertanggal 12 Agustus 2011 , keempat perempuan yang menginspirasi hidupku. Ibu dan keempat adikku.Foto ini adalah lampiran yang harus aku sertakan saat melengkapi persyaratan pengajuan beasiswa Bidik Misi.Aku merindukan mereka. Kulihat wajah ibu , cantik dengan sebuah simpul senyum di bibirnya. Ketiga adikku yang amat manis  dengan senyum yang merekah yang membuatku merasakan rindu yang teramat sangat. Lalu kemana wajah ayah? Yah! Ayah tak pernah mau berada di depan kamera. Tapi wajahnya masih kuingat jelas.

         Foto ini mengarahkan otakku pada memori saat aku masih berjuang mendapatkan apa yang telah lama kuimpikan, melanjutkan ke perguruan tinggi negeri tanpa harus meminta biaya kepada kedua orang tuaku.Bagaimana tidak? Aku sadar, kedua orang tuaku sudah cukup tersiksa untuk membiayai sekolah keempat anaknya dengan mengandalkan Ayah sebagai Juru masak di sebuah warung kecil di sisi kota kembang , Bandung . Hasilnya tak seberapa, namun aku tetap bersyukur dengan semua ini . Ibuku tidak lantas diam , Ibuku melamar menjadi guru honorer di sekolah dasar dekat rumah. Dahulu kami pernah merasakan masa dimana aku bisa membeli segala hal yang kuinginkan. Dahulu kami tinggal di Jakarta , namun ayah di-PHK dan akhirnya kami kembali ke Kota Bandung.

        Bertuliskan ‘Bandung , 16 Oktober 2011’ di sudut foto , mengingatkanku kembali kepada seseorang bernama Randy . Dia masa kelam ku semasa SMA .Aku pernah memiliki hubungan serius dengannya. Dia yang membuatku ‘tertidur’ sementara. Aku melakukan beberapa hal tabu bersamanya, membuatku kehilangan kepercayaan dari Ayah dan Ibuku. Aku sering berdalih mengikuti kajian islam untuk dapat menghabiskan waktu bersama Randy. Dia merubah arah hidupku 180 deratat! Ke arah mana? Keburukan!
Aku masih ingat bagaimana dahulu Randy mengajakku ke suatu tempat , aku merasa was-was dan takut .Ternyata dia mengajakku ke sebuah tempat renang di kota Bandung. Aku merasa aneh!
“Randy , apa ini? Ini tempat renang.. dicampur pula! Kamu mau aku berenang pake kerudung? Ribet banget Rand , “ sahutku.
“hah? Pake kerudung? Jangan malu-maluin aku dong Din , buka aja kerudung kamu! Cepat buka!” dengan nada yang sedikit dinaikan dengan tangan kanannya yang hendak membuka kerudungku.

       Aku tak mengerti apa yang ada di hatiku ini . seolah ada sesuatu yang membuat peluh dan langkahku diam. Aku menikmati permainan air dengan kerudung yang ku lepas. Namun ada sedikit luka yang terselip dalam hati kecilku “Sedang apa kamu Dina? , Allah melihatmu!” tanyaku lirih dalam hati .

       Setelah pulang dari tempat itu , aku melamun sepanjang jalan . setelah 6 tahun aku berkerudung , menjaga auratku.Baru saja lepas dan aku bukanlah Dina yang dulu.. apa yang terjadi dengan ku? Mengapa? Apa maumu pula Tuhan? Mengapa kau membiarkanku tercebur ke dalam lembah ini? . Pipiku basah!

       Semasa SMA , aku aktif sebagai ketua Rohis di sekolah. Randy yang mengarahkanku menjadi anak yang nakal dan jauh dari Allah. aku pernah melakukan hal-hal di luar kewajaran. Semua gelap! Masa-masa bersama Randy adalah masa terburuk dari episode kehidupanku selama 23 tahun ini.Saat itu , aku buta dan tuli dengan apa yang orang katakan tentang hidupku.Prestasiku menurun drastis, aku mulai di-off-kan oleh teman-temanku di Rohis dan pada masa-masa sulit itu , Randy pergi dan tak sedikit pun peduli padaku lagi.

       Namun tidak sampai disana , saat penyeleksian Bidik Misi pun aku mempunyai berbagai kendala hingga akhirnya aku tak dapat mendaftarkan diri sebagai penerima beasiswa. Allah menutup semua pintu-Nya untukku saat itu . Pada situasi yang sulit inilah aku mulai kembali menyusun mimpi-mimpi yang kulupakan sejak kehadiran Randy setahun yang lalu. Dengan rasa sakit ini akan aku balas semua yang telah dia perbuat padaku. Dengan kesuksesanku. Aamiin

         16 Juni 2012 , foto ini diambil saat aku baru saja menyelesaikan ujian SNMPTN , ya! Aku masih ingat pula bagaimana saat aku harus pergi ke bandung seorang diri. Sebulan sebelum SNMPTN , mungkin Allah secara perlahan mulai membuka pintunya satu per satu . Ada seorang dari guruku yang membantu pendaftaran Bidik Misi dan aku lulus . Orang Tuaku telah kembali memberikan kepercayaan yang penuh padaku. Ya! Aku telah aktif kembali mengkaji islam yang dulu sempat ku tinggalkan. Shalat malam dan tilawah tak pernah kuulewatkan. Allah akan memberi jalan bagi orang yang serius. Serius untuk berubah! Tahukah? Aku lolos dan masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang aku inginkan tanpa serupiah pun dari orang tuaku. Aku akan membuat mereka bangga.

       Semua foto ini yang membawaku bernostalgia dengan waktu . membuatku tersenyum agak dipaksakan . Mengapa? Aku sendiri .

        Selanjutnya , Foto Semasa menjadi mahasiswa. Aku aktif di DKM Fakultas , BEM Universitas dan aku menjadi mahasiswa berprestasi. Tak disana saja , aku terjatuh lagi. Semester pertama dan kedua aku masih menikmati peranku sebagai mahasiswa. Menghabiskan waktu untuk tugas dan mempelajari segala hal baru di Kampus. Ada hal lain yang membuatku kembali melupakan mimpi-mimpi yang sudah kutata sejak pertama kali menginjakkan kaki di kampusku.

       Saat semester 3 sepertinya syetan masuk kembali ke dalam nadiku.Aku tak lagi seaktif dahulu. Aku mulai lelah dengan semuanya. Aku tak sengaja mengenal seorang teman dari fakultas lain , ia bernama Lani . Dia seorang perempuan yang baik . Aku dan dia memiliki sejarah hidup yang sama namun yang berbeda adalah dia tak berkerudung sepertiku. Kami selalu menghabiskan waktu bersama untuk sekedar menghilangkan kejenuhan . Di mataku dia seorang wanita petualang , ya! Dia sering mengajakku ke tempat-tempat yang belum aku ketahui. 

       Suatu hari aku pernah diajaknya pergi berlibur ke Bali. Pemandangan pantai kuta yang tak pernah kulihat sebelumnya membuatku enggan beranjak dari sana. Aku terlalu asyik dengan semua kesenangan ini . Aku pun pernah diajaknya naik ke puncak Semeru . Hal yang tak pernah kulakukan sebelumnya.

       Aku telah mengabaikan tugas-tugas kuliahku . Aku sering meninggalkan kelas karena aku lebih memilih menghabiskan waktu di tempat-tempat baru daripada aku harus duduk diam di dalam kelas. Dan semester tiga , IPK ku hanya 1,20 . itu artinya aku harus keluar dari kampusku. Aku tak habis fikir. Mengapa aku terlena. Dimana cita-cita besarku? Aku tak bicarakan semua ini pada orang tua ku. Aku bercerita kepada Lani , namun Lani mendadak sulit kutemui.
    “Dina , kamu masih gaul ama si Lani kagak?” , Tanya retno teman sekelasku
    “Emang kenapa , No?”
    “Jangan mau lo gaul ama si Lani , dia Lesbi , Din”

       Aku shock mendengar berita ini , namun memang ada keganjilan saat aku menghabiskan waktu dengan Lani . Dia selalu ingin aku menemani Lani , sampai suatu hari ia memaksaku untuk menginap di kamar kostnya. Namun aku enggan karena aku memang tengah sakit saat itu. Dahulu aku jatuh cinta di tempat yang salah dan sekarang aku bergaul dengan orang yang salah. Lalu kapan kutemukan yang benar.

       Aku disidang dihadapan beberapa dosen di ruangan sempit. Aku seperti seorang tersangka yang baru saja tertangkap basah melakukan kejahatan . Tak ada seorang pun yang berpihak padaku. Aku menangis di hadapan mereka. Seorang dari mereka berdiri .
    “beri dia satu kesempatan,saya pastikan dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini”
    “Baiklah Din , bapak tahu kamu bukan mahasiswa yang biasa. Kamu hanya salah. Jangan sia-siakan kesempatan ini.”   
    “Baik pak , baik “

      Sidang itu memberiku semangat baru . Bak sebuah roket yang baru saja diterbangkan. Aku melaju cepat. Aku kembali focus akan mimpiku. Aku ingin ke negeri Belanda. Singkat cerita , aku wisuda dengan predikat cumlaude . Ayah dan Ibuku bangga akan diriku. Namun tak cukup . Aku diberi kesempatan lagi oleh Allah terbang ke negeri Belanda.
   
“hoe gaat het met je, Dina?” sapa seorang wanita dari sudut taman , ia Lauren .
    “hi lauren, mijn nieuws is goed. Kom bij me zitten,” jawabku dari kejauhan
    “oh sorry, misschien de volgende keer. dina bye,”
     Sapaan Lauren membuatku tersadar , bahwa sudah 3 jam lebih aku duduk disini dan senja di Keukenhof memberiku sebuah makna kebesaran Allah yang amat dalam . Setiap episode yang kulalui sejak aku mengenal Randy , mengecewakan orang tua dan episode-episode lainnYa memberiku satu pelajaran . Allah tak pernah tuli untuk mendengar setiap doa, Allah tak pernah lelah untuk mendengar ucapan maaf, dan Allah tak pernah buta untuk melihat setiap tetes air mata dan tak segan , Allah sendiri yang akan menghapusnya dan berkata “Maka nikmat mana lagi yang kamu dustakan?”

       Aku , Dina Mahardika masih duduk di senja kota Lisse , sebuah kota kecil di Negeri yang telah lama kuimpikan , Belanda. Aku bekerja sebagai duta bahasa Indonesia di KBRI Belanda dan sedang menyelesaikan studi S2 di perguruan tinggi terkenal di Belanda. Aku tak sendiri. Setahun setelah lulus , aku memutuskan untuk menikah dengan seorang pria yang lima tahun lebih tua dari ku , Raditya Maheza . Dia tak lain adalah seorang dosen muda di jurusan sastra Inggris . Entah bagaimana aku mengenalnya. Aku disandingkan dengan cara yang indah. Tak perlu berpacaran bertahun-tahun. Aku berta’aruf dan satu bulan kemudian kami menikah. Eza , sapaan manisku padanya , adalah seseorang yang berdedikasi penuh kepada pendidikan dan yang kukagumi darinya adalah dia seorang pejuang Islam yang mampu menjadi imam yang baik untuk keluarga kecil kami

      Aneh bukan?
      Tak kusangka aku telah beraksi sejauh ini. Keluargaku di Indonesia pun telah menemukan jalannya , ayahku menjadi pemilik restoran besar di Kota Bandung dan memiliki beberapa cabang di kota-kota lain. Skenario allah begitu indah , bukan?

      Eza yang kutunggu 3 jam yang lalu akhirnya datang . Dari kejauhan kulihat senyumnya yang khas. Dia langsung duduk di sampingku dan tangannya menggenggamku sangat erat.
    “keukenhof mooie zonsondergang voor ons om te genieten ..maar op een dag dat we hadden naar huis gaan ..Ik hou van Dina ..” bisik eza .
(senja di keukenhof indah untuk kita nikmati..namun suatu saat kita harus pulang ..aku mencintaimu Dina ..)
    “Ik hou van abi.. pulang? Ayo kita pulang.. udah tiga jam dina di taman ini , langit mulai gelap”
    “Okay.”
    Senja di Keukenhof , sampai sejauh ini aku bergerak…

***
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar