15 Agustus 2013
Assalamualaikum Wr. Wb.
Arumi,
Selamat ulang tahun yang ke 19 gadis cantikku. Maaf
Nak, ibu tak bisa memberikan hadiah seperti ibu-ibu yang sering kau ceritakan
padaku. Apa kau tetap merasa bahagia meski tak ada sebuah bolu yang indah, tak ada makan-makan atau jalan-jalan? Rumi, Sebenarnya
ibu tak yakin akan mengingat hari ulang tahunmu. Tahun lalu ketakutan ibu sama
seperti ketakutan di tahun ini. Ibu takut tak bisa melingkari tanggal
kelahiranmu lagi. Tapi,
ternyata ketakutan itu hanya sebuah ketakutan yang berapi-api namun redup juga. Rumi, Ibu ingin membelikanmu sesuatu tapi kau tahu Nak, ibu masih perlu menabung lagi. Ibu takut jika kau tak menyukai hadiah dari ibu. Seperti tahun lalu saat ibu membelikanmu sebuah jilbab cantik berwarna merah pekat dengan kerudung dengan warna yang senada. Dengan susah payah ibu membelikannya untukmu. Namun, kau melemparkannya. Mungkin kau tak suka warna merah. Maka tahun ini, ibu akan menanyakan langsung padamu. Pulanglah sesekali Nak.
ternyata ketakutan itu hanya sebuah ketakutan yang berapi-api namun redup juga. Rumi, Ibu ingin membelikanmu sesuatu tapi kau tahu Nak, ibu masih perlu menabung lagi. Ibu takut jika kau tak menyukai hadiah dari ibu. Seperti tahun lalu saat ibu membelikanmu sebuah jilbab cantik berwarna merah pekat dengan kerudung dengan warna yang senada. Dengan susah payah ibu membelikannya untukmu. Namun, kau melemparkannya. Mungkin kau tak suka warna merah. Maka tahun ini, ibu akan menanyakan langsung padamu. Pulanglah sesekali Nak.
Rumi, ibu selalu menunggumu di teras rumah setiap
pukul delapan malam ibu duduk di sana. Satu, dua hingga tiga jam berlalu kau
tak kunjung tiba. Ibu menenangkan dan meyakinkan diri bahwa mungkin esok kau
akan mengunjungi ibu. Terkadang ingin sekali ibu memaki diri sendiri. Dahulu
sebelum kau pergi dari rumah ini, ibu tak bisa mencukupi permintaanmu. Ibu tak
bisa mengajakmu ke pusat perbelanjaan seperti ibu-ibu yang kau ceritakan. Ibu
tak mampu membeli handphone seri
terbaru yang sudah lama kau impikan. Bahkan terkadang ibu tak mampu melunasi
biaya kuliahmu. Setiap pulang dari kampus, Kau enggan untuk sekedar menatap
bahkan tersenyum pada ibu. Maafkan ibumu ini Nak, Ibu janji, ibu akan
membelikan apapun yang kau inginkan. Ibu perlu sedikit bekerja keras untuk
mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
Rumi, di hari ulang tahunmu ini ibu ingin mengatakan
bahwa ibu sangat menyayangimu, begitu pun Ayah. Meskipun Ayah telah pergi
meninggalkan kita, Namun di nafas terakhirnya ia berbisik bahwa ia sangat mencintai
gadis manisnya, engkau Rumi. Ibu tak sampai hati jika melihatmu menangis.
Sekali ibu pernah melihatmu menangis dan itu karena ibu. Kau menangis karena
kau malu. Mereka mengejekmu karena kau seorang anak dari ayah ibu yang miskin.
Ini salah ibu dan Ayah. Kami salah karena tak bisa menjadi seperti orang tua di
luar sana. Sepertinya kau menyesal karena terlahir dari rahim seorang pemungut
sampah. Kau pernah mengatakan itu pada Ibu. Ibu tak pernah marah, justru ibu
benar-benar merasa berdosa. Maafkan Ibu, Rumi. Mohon Maafkan Ibu.
Rumi, di ulang tahunmu yang ke 19 ini. Semoga kau
selalu diberi kesehatan. Ibu sangat khawatir. Dulu saat kau masih di rumah ini,
kau selalu menggigil. Ibu tak bisa memberimu kehangatan dalam rumah berpetak
yang tak berpintu. Ibu berikan selimut yang kecil itu untuk menghangatkanmu.
Ibu dekap tubuhmu yang dingin itu. Namun kau menampiknya. Ibu lupa kalau kau
sudah dewasa dan tak ingin diperlakukan seperti gadis kecil lagi. Dan sekarang,
setiap malam ibu selalu membayangkan tubuhmu yang ditusuk oleh dinginnya malam
kota Bogor. Tapi ibumu di bogor akan memastikan bahwa kau tak akan menggigil
seperti dulu.
Di hatimu mungkin aku bukanlah ibumu lagi
Namun bagiku, selamanya kau adalah anakku
Di hatimu mungkin aku bukanlah ibumu lagi
Namun bagiku, selamanya kau adalah anakku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar