Kadang terbesit pertanyaan, apaka kesabaran ada batasnya?
Mengapa aku merasa tak kuat menghadapi ini semua?

Dia baru saja membanting pintu kamarnya, gantungan yang menempel di pintu turut bergoyang. Apalagi hatiku, rasanya seperti dilempari sebongkah batu. Rasanya sakit sekali. Kau pintu! kau hanya merasakan memar di bagian sudut kayu. Lalu bagaimana jika hatiku yang memar?
Entah siapa yang salah di antara kami, aku hanya ingin menawarkan beberapa kesepakatan di rumah ini. Dia melakukan ini, aku melakukan itu. Hanya itu. Aku ini kakakmu, maka hanya kau yang bisa kuajak bicara dewasa. Tubuhku memang baik-baik saja. Sebenarnya aku masih sanggup menanggung rumah ini sendiri. Namun aku bukanlah robot, aku manusia yang bisa merasakan lelah. Dalam lelah itu, aku tak ingin mama ikut merasakan lelah. Maka, aku ajakkau untuk membantuku di rumah ini. Yah! aku seperti tuan rumah dan kau babunya. Padahal bukan begitu gadis manis, aku ingin kita sama-sama membantu mama. Kita adalah pembantu bagi orangtua kita, Bukankah itu ibadah?
Namun, aku dipandang bak malaikat. Padahal aku tak akan pernah jadi sempurna. Saat aku mengatakan "Lebih baik begini, jangan begitu" itu bukan berarti aku tahu segala hal dan yang kulakukan selalu benar. Tapi, itu caraku agar kau tak mengulang kesalahan yang dulu kulakukan. Aku tak ingin kau mengalami masa-masa penyesalan sepertiku. Kau sedang belajar, dan aku merelakan diri untuk mengajarimu meskipun umpatan yang kuterima.
Saat kau berfikir aku ini masalah untuk hidupmu, teruskan saja jika memang aku ini masalah. Aku tak pernah menganggapmu masalah. Justru aku berfikir sepertimu. Aku masalah bagimu dan juga keluarga ini. Kau tak tahu bahwa di dalam kamar aku memikirkanmu, pun dengan adik-adik yang lain. Jika mama bapak tak ada, bagaimana kalian? Bagaimana masa depan kalian? Jodoh kalian? rezeki kalian? keimanan kalian?
Setiap malam aku memikirkan diriku sendiri, bagaimana cara sembuh dari penyakitku? Ada hal yang sedang kutakutkan. Aku takut harus mengalami operasi dua kali, merepotkan mama-bapak, menguras dompet mereka, menguras fikiran mereka. Maka, kucoba memikirkan jalan kesembuhanku sendiri. Maka, saat kau berpaling dan menjauh dariku. Aku merasa terpukul. Banyak sekali PR di rumah ini.