Senin, 11 Agustus 2014

"Bukan kali ini saja,"

Setiap tempat punya cerita
     Tempat itu ada di ruang hati. Letaknya jauh sekali. Butuh perbekalan yang banyak untuk sampai ke tempat itu. Hati seorang wanita. Di situlah segala cerita tertuang dan setiap kenangan terkenang. Telah kutemukan banyak wanita dengan berbagai kisah. Aku tak mampu menjangkau hati mereka. Tapi, lewat ucapan dan lakunyalah kutemukan sedikit celah untuk tahu di mana kenangan mereka di simpan. 
    Aku mengenal seorang ibu, kusebut saja dia Ibu wangi. Setelah beberapa kali bertemu, kudapatkan kisah tentangnya. Bibirnya selalu berucap "Bukan kali ini saja," Ya! Sambil menyeka air matanya ia berucap itu. Bukan kali ini saja hatinya merasakan hal ini. Hatinya disakiti karena suaminya, karena dirinya sendiri, atau berbagai kemungkinan lain. Suaminya yang dikenal lebih dari 18 tahun itu untuk kedua kalinya membuat luka.
       Bagaimana bisa seorang perempuan dikoyak hatinya. Dan bukan saja pada dirinya, namun juga pada hati anak-anak. Buah hati yang tak tahu apa-apa harus melihat berbagai masalah kedua orang tuanya. Melihatnya itu biasa. Namun, anak akan sulit menempatkan hati mereka. Untuk ibu atau untuk ayah? Menempatkan di keduanya pun sulit.
       Ketika seorang laki-laki melakukan hal yang buruk, bukan saja dirinya yang merugi. Namun, anak, istri, dan ibunya turut terkoyak hatinya. Dan wanita sangat sulit untuk menceritakan segalanya. Dia hanya sanggup berkata "Bukan kali ini saja." Lantas, mau sampai kapan kalimat itu berhenti terucap dari hati seorang wanita?
        

Jumat, 01 Agustus 2014

Langit yang sama

Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati,

Perkenalan,

 Logika tak selamanya mampu menjawab berbagai teka-teki yang ada
Lewat pertemuan yang tak diduga, perkenalan yang sekian lama dibiarkan
Beberapa kisah soal perkenalan,
#Di pasar
      Sebagai asisten pribadi mama, setiap pagi selalu mengantarkannya ke pasar. Tepat dihadapan saya ada penjual sayur yang terkadang dijaga oleh seorang akhwat. Mungkin anak dari pedagang sayur itu. sesekali saya menatapnya. Pakaiannya sama seperti saya, tapi matanya tak pernah berbalik menatap saya. senyum saja tak pernah. Dalam hati "mungkin krn belum kenal, atau memang gak lihat isty," tapi ada saja fikiran buruk dia agak judes dsb. Haduh
        Pertemuan itu terus terjadi, beberapa kali bertemu tak ada apapun. Dingin seperti biasa. Namun, juli kemarin saat diamanahi sbg panitia acara Talkshow, mc mengumumkan beberapa nama untuk kelompok kajian. Saya di dalamnya beserta 4 nama lain. Saat berkumpul, ternyata sosok itu sekelompok dengan saya. Entah! saya merasa senang sebab rasa penasaran terbayar sudah. Allah mempertemukan secara tak sengaja. "Yang suka bantuin mama di pasar ya?" | "Yang suka bantuin juga jual sayur ya?" | tersenyumlah kami karena bukan saja sy yang penasaran maksimal, ternyata dia pun memperhatikan dan penasaran pada saya. 

Hikmahnya:
1. Jangan pernah suudzan menganggap org sombong/judes tanpa mengenalnya dekat
2. Jangan pernah sungkan untuk senyum sekali pun belum mengenal. Senyum kan ibadah
3. Jangan hanya menduga-duga, taaruf/berkenalan lebih baik, kan?
4. Jangan merasa bahwa kita cctv bagi dirinya. Padahal, yg dia juga cctv bagi kita. sama-sama saling memperhatikan
5. Allah selalu punya cara untuk memprtemukan dua manusia. 

#Tak ada Motor
     Pernah suatu ketika saat registrasi penerimaan mahasiswa baru. Saya dijadwalkan untuk registrasi ulang tanggal xx *lupa. Namun, suatu ketika saya dikenalkan oleh Aulia kepada kakak kelas yang tahun ini masuk kuliah, namanya Teh Nurul.