Jumat, 01 Agustus 2014

Perkenalan,

 Logika tak selamanya mampu menjawab berbagai teka-teki yang ada
Lewat pertemuan yang tak diduga, perkenalan yang sekian lama dibiarkan
Beberapa kisah soal perkenalan,
#Di pasar
      Sebagai asisten pribadi mama, setiap pagi selalu mengantarkannya ke pasar. Tepat dihadapan saya ada penjual sayur yang terkadang dijaga oleh seorang akhwat. Mungkin anak dari pedagang sayur itu. sesekali saya menatapnya. Pakaiannya sama seperti saya, tapi matanya tak pernah berbalik menatap saya. senyum saja tak pernah. Dalam hati "mungkin krn belum kenal, atau memang gak lihat isty," tapi ada saja fikiran buruk dia agak judes dsb. Haduh
        Pertemuan itu terus terjadi, beberapa kali bertemu tak ada apapun. Dingin seperti biasa. Namun, juli kemarin saat diamanahi sbg panitia acara Talkshow, mc mengumumkan beberapa nama untuk kelompok kajian. Saya di dalamnya beserta 4 nama lain. Saat berkumpul, ternyata sosok itu sekelompok dengan saya. Entah! saya merasa senang sebab rasa penasaran terbayar sudah. Allah mempertemukan secara tak sengaja. "Yang suka bantuin mama di pasar ya?" | "Yang suka bantuin juga jual sayur ya?" | tersenyumlah kami karena bukan saja sy yang penasaran maksimal, ternyata dia pun memperhatikan dan penasaran pada saya. 

Hikmahnya:
1. Jangan pernah suudzan menganggap org sombong/judes tanpa mengenalnya dekat
2. Jangan pernah sungkan untuk senyum sekali pun belum mengenal. Senyum kan ibadah
3. Jangan hanya menduga-duga, taaruf/berkenalan lebih baik, kan?
4. Jangan merasa bahwa kita cctv bagi dirinya. Padahal, yg dia juga cctv bagi kita. sama-sama saling memperhatikan
5. Allah selalu punya cara untuk memprtemukan dua manusia. 

#Tak ada Motor
     Pernah suatu ketika saat registrasi penerimaan mahasiswa baru. Saya dijadwalkan untuk registrasi ulang tanggal xx *lupa. Namun, suatu ketika saya dikenalkan oleh Aulia kepada kakak kelas yang tahun ini masuk kuliah, namanya Teh Nurul.
Malu memang. Sebenarnya saat itu bukan jadwalnya registrasi, ia mengajak saya untuk ke kampus. Tapi karena tak ada motor, saya nebeng saja. Dan dia menyuruh saya untuk membawa semua berkas. "Kan bukan jadwal isty registrasi hari ini, kenapa harus dibawa" | "bawa aja, takut nanti butuh"
     Tanpa diduga, ternyata dia mengajak saya registrasi ulang. Dia mengenalkan saya dengan beberapa anggota BEM yang membantu para Maba (Mahasiswa baru) yang kesulitan. Saya ikuti saja langkahnya. Saat di meja registrasi, panitia bertanya "bukan jadwalnya, tp kenapa registrasi sekarang?" | keringat dingin saya mendengar pertanyaan itu, tiba-tiba saya celetuk "Hmm.. saya BM bu," | hanya dua kata tapi akhirnya saya diizinkan masuk dan pulang membawa almamater baru, goodybag unpad beserta isinya dan KTM resmi sebagai mahasiswa. Saat di rumah, mama bingung "kenapa bisa?" | saya hanya bisa jawab, "skenario Allah, mah". Lewat perkenalan Allah memberi kemudahan.

      Banyak pertemuan yang saya alami, pertemuan yang saya sembunyikan. Namun, Allah yang menunjukan jalannya tanpa saya upayakan. Kalau sudah begini, memang Allah punya maksud. Ada pula pertemuan yang saya anggap biasa, ternyata sekarang begitu mempengaruhi sebagian hidup saya saat ini. Sampai logika saya tak paham. Dan pertanyaan, "kok, bisa?" tak pernah bisa terjawab.
     Pertemuan Allah lebih indah.  Jangan memaksakan diri juga untuk mengenal seseorang. Kalau harus bertemu, ya dipertemukan juga oleh Allah walaupun sekuat tenaga kita menghindar. Ini seperti perkara ditagih hutang dan jodoh *wow
     Malas bertemu si A karena malu masih punya hutang. Saat lebaran menghindari jalan x karena dekat dengan rumahnya. Eh namanya juga Allah. Kalau harus ketemu ya ketemu. Tiba-tiba "Hey, kemana aja?" dan Tiba-tiba dia berujar, "hutang cuman segitu mah kalem aja ih" eh karena barusan dapat THR, langsung bisa terbayar. skenario Allah mana kita tahu, kan? 
Soal jodoh, banyak ditemukan pada kisah teman-teman saya. Pertemuan yang dianggap biasa. Ternyata berujung pada hal yang lain?

Bukan soal pertemuannya, tapi hikmah dan pelajaran yang mengajari kita bahwa Allah MahaSegalanya. 

1 komentar: