Jumat, 19 Juni 2015

Teka-teki,

         Menanti jodoh itu seperti sedang bermain teka-teki. Menerka sesuatu yang sudah pasti kita tidak tahu apapun tentangnya. Apakah dia jodohmu? Apakah tahun ini menikah? Apakah di umur sekian atau sekian? Ah! Bermain teka-teki yang terkadang membuat hati merasa bosan. Seperti “dijaili” menurutku. Terlebih jika permainan ini telah lama dimainkan. Ingin sekali menebak dengan mudah tapi bukankah hidup yang indah itu adalah hidup yang penuh teka-teki? Hidup terasa hampa jika segalanya sudah kita kuasai. Yang paling mendasar adalah karena manusia memang lemah dan terbatas.
        Permainan teka-teki ini mudah saja sebagai permulaan.

Kamis, 18 Juni 2015

Di balik jangan ada angan


Segala hal yang ditakutkan tidak semuanya akan terbukti di meja realita. Semuanya hanyalah imajinasi yang dibentuk oleh ketakutan manusia. Seperti iklan rokok terbaru “Di balik kata jangan ada angan” ayoo paham ga?”Jangan-jangan dia itu -------“ nah di balik kata jangan itu ada angan: mungkin dia a, mungkin b, mungkin c. Sama seperti kita menentukan takdir kita sendiri yang padahal belum tentu terjadi. Ujungnya suudzan. “jangan-jangan Allah mau beri ujian” dan angan kita akan hal itu semuanya negatif padahal Allah mau beri ujian, beri kenikmatan atau apapun, itu hak Allah. Manusia berhak apa? Life must go on J
Banyak ketakutan-ketakutan itu hal wajar sebab itu naluri manusia. Sebenarnya ketakutan itu adalah buah dari gharizah. Ketakutan adalah cermin bahwa manusia itu lemah dan terbatas. Tapi bagaimana kita menempatkan naluri ini dengan tepat? Kalau takut karena Allah it’s better sist. Tapi berlebihan gak? jatuhnya suudzan atau engga?
Ada cerita sedikit. Hari itu tiba-tiba teteh musyrifah mengirim sms, kurang lebih isinya seperti ini: ayo teman-teman siapa yang mau megang kontakan? namanya *****
Balas apa engga ya? mau sih pegang kontakan. Mencari orang yang mau ngaji atas kesadaran itu susah. Ini ada kesempatan langsung pegang tanpa mencari lagi. Tapi, dada penuh gejolak ketakutan. Takut ga bisa ngejelasin, takut gelagapan, takut ga bisa lanjut, takut kontakannya cuek sama kita. Kuncinya adalah lawan! Akhirnya langsung kubalas “iya teh mau, minta info nomer dsb.”

Teteh musyrifah mengirim sms lagi, “eh belum tahu ya? kontakannya udah kerja, usianya di atas teteh” Deg! bukan info apa gitu ini malah nambah rasa takut. Muncullah argument baru dalam otak: nah loh! usianya di atas kamu. Kamu anak ingusan mau ngasih materi ke orang yang lebih dewasa dari kamu. jangan-jangan dia teteh-teteh yang judes? jangan-jangan dia dipaksa. Kuncinya adalah lawan lagi! Akhirnya langsung kubalas lagi “iya teh gak apa-apa,” “Tapi bisa ya kalau sore ini ketemunya?” balas teteh musyrifah. Deg! Walaaah belum persiapan pula.