Segala
hal yang ditakutkan tidak semuanya akan terbukti di meja realita. Semuanya
hanyalah imajinasi yang dibentuk oleh ketakutan manusia. Seperti iklan rokok
terbaru “Di balik kata jangan ada angan” ayoo paham ga?”Jangan-jangan dia itu -------“ nah di balik kata jangan itu ada
angan: mungkin dia a, mungkin b, mungkin
c. Sama seperti kita menentukan takdir kita sendiri yang padahal belum
tentu terjadi. Ujungnya suudzan. “jangan-jangan
Allah mau beri ujian” dan angan kita akan hal itu semuanya negatif padahal
Allah mau beri ujian, beri kenikmatan atau apapun, itu hak Allah. Manusia
berhak apa? Life must go on J
Banyak ketakutan-ketakutan itu hal wajar
sebab itu naluri manusia. Sebenarnya ketakutan itu adalah buah dari gharizah.
Ketakutan adalah cermin bahwa manusia itu lemah dan terbatas. Tapi bagaimana
kita menempatkan naluri ini dengan tepat? Kalau takut karena Allah it’s better sist. Tapi berlebihan gak?
jatuhnya suudzan atau engga?
Ada cerita sedikit. Hari itu tiba-tiba teteh
musyrifah mengirim sms, kurang lebih isinya seperti ini: ayo teman-teman siapa yang mau megang kontakan? namanya *****
Balas apa engga ya? mau sih pegang kontakan. Mencari orang yang mau ngaji atas kesadaran
itu susah. Ini ada kesempatan langsung pegang tanpa mencari lagi. Tapi, dada
penuh gejolak ketakutan. Takut ga bisa
ngejelasin, takut gelagapan, takut ga bisa lanjut, takut kontakannya cuek sama
kita. Kuncinya adalah lawan! Akhirnya langsung kubalas “iya teh mau, minta info nomer dsb.”
Teteh musyrifah mengirim sms lagi, “eh belum tahu ya? kontakannya udah kerja,
usianya di atas teteh” Deg! bukan info apa gitu ini malah nambah rasa
takut. Muncullah argument baru dalam otak: nah
loh! usianya di atas kamu. Kamu anak ingusan mau ngasih materi ke orang yang
lebih dewasa dari kamu. jangan-jangan
dia teteh-teteh yang judes? jangan-jangan dia dipaksa. Kuncinya adalah
lawan lagi! Akhirnya langsung kubalas lagi “iya
teh gak apa-apa,” “Tapi bisa ya kalau sore ini ketemunya?” balas teteh
musyrifah. Deg! Walaaah belum persiapan pula.