Hidup adalah sebuah novel yang tak pernah selesai ditulis, menulislah sampai tak ada lagi ruang"
Rabu, 20 November 2013
Ujian [hidup]
Jantungku berdegup kencang, nafasku menggantung beberapa detik.
Aku diam dan menggila melihat secarik kertas dihadapanku
Seorang lelaki tegap menyodorkannya bersama wajah teduhnya,
wajahnya yang teduh tak membuat kertas itu meneduhkanku
aku tetaplah gadis gila dihadapan secarik kertas
Argh!
Aku sangat takut, sangat sangat takut!
Ini ujian akhir, dalam sayup-sayup aku merengek minta keluar
Aku tak paham hal-hal yang dipertanyakan dalam kertas itu,
wajah teduh itu perlahan mendekati dan duduk disampingku
"Tolong, saya tidak mampu. Bolehkah saya menyerah?"
Wajah teduh itu tersenyum dan berlalu.
sick! Aku bertambah sakit rasanya
Ia mendekatiku lagi,
Ia menyodorkan secarik kertas, tertulis "kunci jawaban"
akhirnya ia mengambil nafas untuk bicara
"Setiap ujian ada jawaban, fokuslah terhadap jawaban bukan soalnya. saat membuatnya, aku menyertakan jawabannya.. jangan menggila seolah ujian itu tak ada jawabannya",
DIAM
Renungkan!
Mesin doa
Kau hanya perlu memasukkan koin, sentuh beberapa tombol
Yap! kau langsung merasakan nikmatnya seteguk minuman dingin
Kufikir hidupku semudah itu,
Kau hanya perlu berdoa dan memilih hal yang kau inginkan
Yap! tapi tak langsung kudapatkan
Apa aku harus seperti sebuah dispenser permen di sudut kasir?
Kau harus mendapatkan rasa strawberry , anggur, melon, dan durian dahulu untuk mendapatkan rasa coklat?
Ya! aku inginkan permen coklat, dan dalam dispenser rasa itu kau harus mencobanya berulang kali
dispenser itu tak semanis yang kubayangkan.
lalu?
Baiklah, aku akan mencoba duka, pahit, kesepian, kebencian dahulu untuk mendapatkan yang kumau
aku menginginkan Syurga-Nya,
Surga tak seperti mesin minuman kaleng, ia seperti dispenser permen.
Sy
Kau sadar tidak, aku membencimu?
Sadar tidak bahwa aku membenci kehadiranmu?
Bisikmu, langkahmu dan segala hal lain tentang KAU!
Kau tak perlu mengerutkan dahi,
Kau yang tahu mengapa mereka begitu
Kau ini siapa?
Maaf, kau diciptakan memang untuk dibenci
Senin, 11 November 2013
GuRat
Meragu dan meragu
Menguat lalu meragu,
Apa aku harus membubuhi pengawet supaya aku menguat?
Pengawet itu tak aman untuk kesehatan,
Ya sudah aku akan meragu untuk menguat , atau menguat untuk meragu?
*ocehan tengah malam
Menguat lalu meragu,
Apa aku harus membubuhi pengawet supaya aku menguat?
Pengawet itu tak aman untuk kesehatan,
Ya sudah aku akan meragu untuk menguat , atau menguat untuk meragu?
*ocehan tengah malam
Selasa, 05 November 2013
Terhunus,
"Aku terhunus sebuah cinta yang menerbangkan hati, rasanya begitu berharga buatku. Tak ingin aku memadu kasih dengan yang lain, aku hanya ingin dirimu. Kau yang mengunci hatiku, kau pemilik ruang yang kukosongkan untukmu. ruangan ini begitu luas. Ini hanya untukmu, kekasihku, "
Tapi, dalam ruangan seluas itu kau hanya menyisakkan sisi yang sempit
Kau hampir merubuhkan untuk sebuah pohon yang telah meneduhkanmu bertahun-tahun lamanya, ialah Ibumu,
Cinta telah membuatmu lupa pada Ibu. Payah!
Sisi Lain,
"Aku tengah menikmati angin yang menidurkanku,
Rasanya enggan beranjak meski beberapa detik saja, tak hanya angin yang kunikmati.. aku pun menikmati sepiring canda dan seteguk air mata karena tertawa. Rasanya ingin meneguk segelas ego"
Di sisi lain,
"Aku tengah beristirahat di sebuah pohon rindang, meneduhkah lelah dan menghapus keringatku,
Rasanya nikmat sekali setelah puluhan kilometer mengumpulkan kepingan untuk anakku.
Sebenarnya nafas ini begitu berat, setiap helaannya adalah butir-butir dunia yang membanting tubuhku, tapi apa boleh buat. Rasanya ingin sekali meneguk segelas tawa, tapi kubiarkan hingga saatnya tiba aku harus meneguknya, anak-anakku lebih butuh daripada ayahnya ini. Untukmu Nak, "
Rasanya enggan beranjak meski beberapa detik saja, tak hanya angin yang kunikmati.. aku pun menikmati sepiring canda dan seteguk air mata karena tertawa. Rasanya ingin meneguk segelas ego"
Di sisi lain,
Rasanya nikmat sekali setelah puluhan kilometer mengumpulkan kepingan untuk anakku.
Sebenarnya nafas ini begitu berat, setiap helaannya adalah butir-butir dunia yang membanting tubuhku, tapi apa boleh buat. Rasanya ingin sekali meneguk segelas tawa, tapi kubiarkan hingga saatnya tiba aku harus meneguknya, anak-anakku lebih butuh daripada ayahnya ini. Untukmu Nak, "
Senja
Aku menatap senja sore tadi,
Seperti ada yang terbawa di sudut senja
warnanya yang menguning pekat menggelapkan mataku
memelukku erat dan berlalu
Dia memang telah tiada, tenggelam dalam lembayung senjaMu
Seperti ada yang terbawa di sudut senja
warnanya yang menguning pekat menggelapkan mataku
memelukku erat dan berlalu
Dia memang telah tiada, tenggelam dalam lembayung senjaMu
Minggu, 03 November 2013
Pensilku,
Aku memiliki sepuluh pensil warna, warnanya sangat beragam. Di saat sedih mengurungku, aku menggunakan warna hitam. saat bahagia kutorehkan warna kuning. Saat jatuh cinta? tentu warna pink. Apapun perasaan yang kumiliki dapat aku goreskan berdasarkan warnanya.
Namun terkadang aku kehilangan pensilku satu per satu. aku seperti kehilangan lidahku untuk berkata.
Kadang kutemukan kembali tapi dalam keadaan patah dan payahnya, aku tak menemukan rautan pensil. Mungkin aku harus setia pada satu pensil, pensil yang bisa mewakili seluruh warna. Bukankah satu itu menggenapkan, tapi dua melenyapkan?
Kadang kutemukan kembali tapi dalam keadaan patah dan payahnya, aku tak menemukan rautan pensil. Mungkin aku harus setia pada satu pensil, pensil yang bisa mewakili seluruh warna. Bukankah satu itu menggenapkan, tapi dua melenyapkan?
Begitu pun soal cinta.
Aku miliki beberapa orang yang mengagumiku, tapi tahukah? hanya satu yang menggenapkan rasamu. Yang membuatmu halal lagi terhormat. biarkan satu per satu hilang. aku kadang risau, apakah aku harus kehilangan mereka semua. lalu sebenarnya siapa yang akan menggenapkanku.
aku kehilangan seluruh pensilku,
akan kutunggu sampai Dia membelikannya yang baru untuk menggenapkannya.
Langganan:
Postingan (Atom)