Jumat, 04 Juli 2014

Dia tak baik bagimu,

      Sepulang mengisi kajian kemarin, aku melihat sepasang muda-mudi yang tengah diam di atas sebuah motor. Tak sengaja terlihat perempuan yang duduk di belakang, matanya basah, ia tampak menangis. Aku jadi teringat soal perempuan saat berada pada posisi tersebut. Namun kuberi garis bawah itu terjadi pada sepasang anak muda yang sedang pacaran. 
      Mungkin bukan saja aku yang sering menemukan perempuan yang menangis di depan umum. Jika perempuan itu istrinya, tentu masalah itu akan diselesaikan di rumah mereka dan bukan di pinggir jalan. Itu terlihat sangat "kampungan", tak ada etika bagi laki-laki itu dan kebodohan bagi perempuan itu. Maaf jika aku kasar dalam perkara ini. Ya, aku pernah mengalaminya. menangis di pinggir jalan, di marahi di pinggir jalan. Karena tak ada rumah untuk menyelesaikan urusan "murahan" dalam berpacaran. 
       Bagi perempuan, sadarlah! jika kau dikasari seperti itu, kau sama sekali tak dihargai, tak dimuliakan, dan tak dihormati sama sekali. Kau sama saja tak menjadikan dirimu mulia. Maka aku sebut bodoh jika saat ia memarahimu di depan umum, kau malah menangis dan kau tetap berada di sana. Jika ia menyakitimu, larilah! pulang ke rumah! temui kedua orang tuamu. Meskipun aku tak tahu apa yang sedang kau ributkan, tapi kurasa dengan kau terluka, itu cara Allah untuk menyadarkanmu bahwa hubunganmu tak baik jika dilanjutkan apapun alasannya. Kadang mereka berceloteh, "ini ujian dari Allah karena pacarku emosian, cemburuan" lucu sekali dan singkat sekali fikiranmu.
Fikirku, justru itu teguran dan petunjuk dari Allah sebagai alasan mengapa kau harus pergi darinya. Ia bukan suamimu, ayahmu, atau saudaramu, tapi sudah berani memarahi dan membuatmu malu. Kau dijaga oleh ayahmu sampai-sampai ayahmu tak tega jika harus memarahimu. Tapi dia? satu-satunya orang yang tak ada ikatan darah denganmu, namun mudahnya mempermalukanmu. Bahkan kau tak sampai 10 tahun mengenalnya. Sadarlah kawanku
       Aku marah dan kecewa pada laki-laki seperti itu. Siapa kau? beraninya pada perempuan. Jika alasanmu adalah mendidik, itu tugas ayahnya. Jika beralasan amar maruf, itu bukan cara yang hanif. Tapi yang mereka ributkan adalah hal-hal klasik; cemburu, tak memberi kabar, tak nurut. Hal-hal yang seharusnya dirasakan oleh sepasang suami-istri. Itu pun tak sampai membawa masalah itu di pinggir jalan. Aku menangis mengingat ini. Bagaimana rasanya seorang laki-laki menghakimimu, menegurmu, memelototimu, menarik tanganmu. Ini sama sekali tak lucu. Beraninya pada perempuan.
     Ini salah satu dari akibat pelalaian aturan Allah, bukankah mendekati zina itu dilarang. Ini memang bukan perzinahan, tapi pacaran adalah langkah menuju itu tanpa kita sadari namun syetan sadari.
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Is
(QS. Al Israa’: 32)
Maka jangan aneh jika dalam hubunganmu  banyak ditemukan hal yang tak baik, melahirkan kekerasan, kerisauan seperti; galau, sensitif, berbohong pada orang tua. Kembalilah pada Islam. Muliakan diri dengan berhenti untuk terikat pada ikatan yang Allah haramkan. Itu lebih baik. Allah akan mengganti dengan sebaik-baik lelaki bagi perempuan baik. Temukan jodohmu dalam istikharah. Yang baik agamanya, lembut tutur katanya, teduh pandangannya yang akan melahirkan sakinah dalam hati kita, yakni suami. Yang saat ini hampir kutemukan. Bukan si dia yang belum tentu jodohmu.
Jika sejak awal saja dia tak memuliakanmu, bagaimana tahun berikutnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar