Aku Cemburu pada Mereka

Dalam sayup keramaian, hati Shafi begitu bergemuruh. Ia merasa belum pantas. Ada tembok besar yang menghalanginya untuk berubah. "Aku terlanjur terhempas. Buat apa kembali?" gerutunya. Namun hatinya berkata lain. Ternyata hatinya berada dalam puncak ego. 

Aku malu pada Bidadari Surga.
Yang bermata indah,  elok rupanya bagai mutiara yang bertaburan
Mereka memang begitu indah. PenciptaanNya begitu sempurna. Aku iri pada mereka. Dirindukan oleh makhluk bumi bahkan sebelum mereka menampakkan keelokannya. Mereka bersembunyi di surga sana. Tak ada yang tahu.
Aku iri pada Bidadari Surga
Namanya disebut oleh-Nya. Penciptaannya diabadikan. Aku bisa apa. Aku bisa cemburu pada mereka. Aku cemburu. Mereka begitu muda. Terjaga dari siapapun.

Aku cemburu pada Ibunda khadijah. Getirnya dan perjuangannya di jalan dakwah. Dia kekasih Rasulku. Orang yang mendekap rasul pertama kali saat kenabian pertamanya. Tak gusar. Hatinya mampu menenangkan.
Mereka diciptakan begitu indah. Dan aku cemburu dibuatnya.
Aku pun cemburu saat yang lain lebih giat mendekati-Nya
Aku boleh cemburu, namun tak lantas diam.
Aku bisa menjaga diriku seperti bidadari surga. Meski masa lalu telah menjeratku. Namun aku menjaga kembali. Aku bisa bersembunyi dari dunia. Aku bisa menghiasi hatiku dengan akhlak yang  indah. Aku pun bisa seperti Ibunda Khadijah. Meski tak akan mampu aku menyamakannya. Namun setidaknya aku tak sekadar cemburu. Aku berusaha menjadi mereka. Menjadi wanita yang dirindukan. Menjadi wanita yang tak getir didera asa dan nestapa. Tak lantas mundur saat hati harus beradu.  

Aku selalu cemburu. Dengan cemburu aku bisa berlari. Dengan iri ini aku mampu menembus langit. Aku cemburu pada wanita yang Kau jamin memasuki surga-Mu. Aku ingin taat. Aku ingin terus cemburu pada bidadari surga, Khadijah, Fatimah, Sumayah dan wanita lain yang telah Kau jamin jiwanya. Aku ingin bersanding dengan-Nya atau sejengkal di belakang mereka, sedepa, atau selangkah. Tak jauh. Berada di surga yang sama.