Jika dikatakan salah sistem. Mereka menghakimi. Menuduh berlaku seperti Tuhan. Berani menyalahkan. Tapi harus mrngatakan apa? Salah siapa?
Jika yang terlihat setiap hari adalah sebuah realita yang begitu menyedihkan. Apakah harus menutup mata? Penganut strukturalisme. Benar dan Salah. memang itulah agama seharusnya. Dogmatis tapi realistis.
Sadar ataukah tidak, sistem saat ini telah membuat manusia berfikir dangkal. berfikir vertikal atau horisontal saja. Tanpa menyelaraskan keduanya. Ketika ada poststrukturalis, manusia bertepuk tangan. Seperti ada yang mengukuhkan pemikirannya. Seperti ada dalil dari suatu mazhab: barat.
Jika berfikir mendalam terhadap manusia. Mengapa pula tak mencoba mendalami segala peristiwa yang melingkupinya. Mengapa moral kian merosot, nilai-nilai mulai terpinggirkan. Di sini penulis mencoba bersikap netral. Namun rasanya sulit. Ketika melihat fakta terbaru di masa kini. Sejarah peradaban besar Islam masa lalu mulai terngiang. Mengapa kita tak bisa mengulang sejarah itu? Bukankah zaman dahulu tak lebih canggih dari saat ini? saat ini Kemajuan malah membuat kemunduran. Maju namun mundur? Bisa dibayangkan serumit apakah ini.
Jika bicara soal masalah, carilah solusi yang mengakar. Hilangkan subjektivitas terhadap satu solusi. Bayangkan jika seorang pasien yang harus segera dioperasi yang bersikap subjektif, mungkin selama setahun dia masih mencari-cari dokter yang cocok. Alih-alih mencari dokter yangpas justru memperparah. Ketika ada yang menawarkan islam sebagai solusi. Berhentilah sampai di sana. Jangan bayangkan penganut-penganutnya yang tak taat. Mereka mungkin oknum atau yang keislamannya belum terinternalisasi. Duduklah sebentar lalu pahami mengapa agama dijadikan solusi kehidupan. Ketika demokrasi digunakan, banyak yang berlaku objektif. Tak ada yang protes bahwa sistem itu lahir dari pemikiran barat. Tapi ketika Islam yang ditawarkan, memprotes keras bahwa dilarang keras membawa agama dalam kehidupan. Duduk perkaranya "kesejahteraan" bagi alam semesta. Bukankah itu? Lantas mengapa dilarang jika memang tujuannya ialah kesejahteraan. Bukankah kesejahteraan dahulu telah didapat selama 13 abad lamanya?
Romantime sejarah? bukan sekadar itu! Dan saat ini memang banyak yang merindukan romantisme itu. Romantisme yang realistis bukan lagi imajinasi pragmatis.
Jika demi kemaslahatan manusia. Harusnya berlaku objektif. Dan berhenti menghakimi yang berjalan di jalan ini. [] IR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar